Hari Kanker Sedunia, Minum Teh Terlalu Panas Juga Berpotensi Timbulkan Kanker
Teh merupakan salah satu minuman yang digadang dapat membantu mencegah kanker karena kandungan antioksidannya. Akan tetapi, suhu penyajian teh yang terlalu tinggi justru dapat meningkatkan risiko kanker.
"Banyak orang menyukai minum teh, kopi, atau minuman panas lain," kata Farhard Islami dari American Cancer Society, seperti dilansir di laman Express, Selasa (28/12).
Akan tetapi, lanjut Islami, kebiasaan minum teh dalam suhu yang terlalu panas dapat meningkatkan risiko kanker esofagus. Suhu penyajian teh dapat dikatakan terlalu panas bila mencapai di atas 60 derajat Celsius.
"Oleh karena itu, disarankan untuk menunggu suhu minuman panas menurun sebelum meminumnya," kata Islami.
Pernyataan ini didasarkan pada temuan dalam studi yang dilakukan oleh Islami dan tim. Studi yang dimuat pada International Journal of Cancer ini melibatkan lebih dari 50 ribu partisipan. Selama studi, para partisipan memberikan berbagai informasi seputar faktor risiko yang mereka miliki terkait kanker.
Pada wawancara pertama, para partisipan diminta untuk menyeruput secangkir teh panas dengan suhu 75 derajat Celsius. Para partisipan lalu ditanya mengenai seberapa dekat suhu penyajian teh tersebut dengan preferensi suhu penyajian teh yang mereka sukai.
Peneliti lalu memantau kesehatan para partisipan selama beberapa tahun. Hasil studi menunjukkan bahwa partisipan yang minum kurang dari 700 ml teh lebih panas dari 60 derajat Celsius per hari memiliki risiko kanker esofagus jenis karsinoma sel skuamosa hampir dua kali lipat atau 90 persen lebih tinggi.
"Dibandingkan dengan partisipan yang minum (teh) kurang dari 700 ml per hari (dengan suhu) di bawah 60 derajat Celsius," ujar Islami.
Temuan ini semakin memperkuat bukti adanya hubungan antara minuman panas dengan kanker esofagos jenis karsinoma sel skuamosa. Berdasarkan temuan ini pula, Islami berharap agar kebiasaan menunggu suhu minuman panas menurun di bawah 60 derajat Celsius sebelum meminumnya dapat menjadi anjuran publik.
Akan tetapi, ahli menilai peningkatan ini bersifat relatif terhadap prevalensi penyakit di suatu negara. Sebagai contoh, kebiasaan minum teh panas bersuhu di atas 60 derajat Celsius mungkin dapat meningkatkan risiko kanker esofagus hingga hampir dua kali lipat di Iran, tempat studi berlangsung. Di negara tersebut, kanker esofagus memiliki prevalensi yang tinggi.
Namun di negara lain, peningkatan risikonya mungkin tidak setajam itu. Di Inggris misalnya, kanker esofagus memiliki prevalensi yang rendah yaitu hanya tiga dari 100 kasus kanker baru. Di samping itu, Inggris juga memiliki budaya minum teh yang berbeda dengan Iran.
"Sebagian besar orang di Inggris menambahkan susu dingin ke teh mereka, yang membuat suhunya mendingin lebih cepat," ujar Cancer Research UK.
Lebih lanjut, Cancer Research UK menyoroti ada banyak faktor lain yang lebih memiliki pengaruh terhadap risiko kanker esofagus dibandingkan minum teh panas. Faktor-faktor risiko tersebut di antaranya ialah merokok dan konsumsi alkohol.