Voltaire, 40 Cangkir Kopi dan Bahan Bakar Revolusi Prancis
Jika kita mendengar nama Francois-Marie Arouet, mungkin banyak dari kita yang tidak menggenalnya. Tetapi jika kita mendengar nama Voltaire, pasti hampir sebagian besar orang menggenal dan langsung teringat dengan Revolusi Prancis. Selain banyak yang tidak mengenal nama asli Voltaire, mungkin banyak juga yang tidak tahu bahwa filsuf Prancis di Era Pencerahan itu merupakan seorang pencinta dan peminum kopi berat.
Voltaire lahir pada 21 November 1694 di Paris, Prancis. Pria ini sempat belajar ilmu hukum sebelum ditinggalkan. Voltaire kemudian dikenal sebagai seorang penulis yang aktif. Tulisan-tulisan Voltaire, baik itu berupa buku, syair, esai, drama dan catatan lain, selalu kritis dan tajam dengan tema utama tentang kebebasan sipil, hak asasi manusia hingga soal kebebasan dalam beragama.
Banyak elit-elit bangsawan dan pemerintah Prancis pada masanya dibuat 'panas telinga' oleh Voltaire. Ancaman, pengusiran bahkan ditahan di penjara Bastille, yang merupakan penjara terseram di Prancis pada masanya, pernah dirasakan oleh Voltaire.
Voltaire adalah sosok yang mendorong terjadinya pembaharuan di Perancis. Pemikirannya tentang politik dan agamanya sejalan dengan paham pembaharuan Perancis. Maka tak mengherankan bila pemikirannya menjadi dasar dan bahan bakar dari meletusnya Revolusi Perancis tahun 1789.
Voltaire juga dikenal sebagai tokoh yang sangat menggemari minum kopi. Pada abad ke-17, kopi belum menjadi minuman yang bisa dengan mudah ditemukan di setiap rumah. Biasanya orang yang ingin menikmati kopi harus datang ke kedai, yang juga jumlah yang belum menjamur seperti saat ini. Namun, kedai kopi di jaman itu berbeda dengan kedai jaman sekarang. Di eropa, Prancis dan Inggris khususnya, kedai kopi menjadi tempat berkumpulnya intelektual, para pemikir hingga orang-orang yang kritis pada masanya.
Di Inggris, pada abad ke-17, kedai-kedai kopi biasa dikenal dengan sebutan "Penny University". Sebab hanya dengan membeli kopi seharga beberapa penny, orang-orang bisa nyaman duduk, bersosialisasi dan terutama berdiskusi dengan orang-orang pintar tentang masalah-masalah aktual terkait politik, ekonomi, sosial hingga agama.
Di kedai-kedai kopi, orang-orang merasa lebih nyaman dan aman berdiskusi tentang topik-topik berat, berbeda dengan di pub yang menjual bir. Karena kopi tidak memabukan, jarang perdebatan sengit berakhir dengan adu jotos. Orang-orang yang kerap berdiskusi di kedai kopi pun menjadi kelompok yang 'tercerahkan' karena dari sana mereka mendapat pengetahuan baru. Dan Voltaire merupakan salah seorang yang rajin hadir di kedai kopi.
Voltaire menemukan efek kopi yang cukup penting untuk merangsang intelektualnya. Konon, ada yang mengatakan Voltaire telah mengkonsumsi kopi mulai pukul lima pagi hingga menjelang dirinya tidur. Ada yang mengatakan jika dalam sehari, Voltaire bisa meminum 40 cangkir kopi.
Dikutip dari drinks without borders Stephen G. Talentyre (yang merupakan nama pena Evelyn Beatrice Hall) menulis bahwa Voltaire pernah makan malam di Paris di sebuah kedai kopi bersama dengan beberapa sastrawan lainnya. Berbeda dengan lainnya, Voltaire hanya memakan beberapa roti gulung namun menghabiskan delapan cangkir kopi.
"Voltaire sangat banyak bicara dan lucu. Voltaire menghabiskan banyak uang hanya untuk kopinya. Saat meminum kopi, Voltaire biasanya mencampur dengan cokelat, yang juga merupakan komoditas langka saat itu. Saat itu, cokelat hanya diperuntukkan bagi kaum bangsawan. Itu sangat mewah sehingga bahkan Ratu Marie Antoinette (ratu Prancis yang dipenggal) memiliki asisten cokelatnya sendiri," tulis Talentyre tentang Voltaire.
Voltaire juga memiliki kedai kopi favorit yang dikenal sebagai Café Procope. Kafe ini dikenal sebagai rumah Encyclopedistes. Selain para intelektual dan propaganda ulung, kafe ini pernah dikunjungi oleh Benjamin Franklin, Thomas Jefferson dan John Paul Jones ketika mereka berada di Paris.
Efek kafein dalam kopi nampaknya yang membuat Voltaire selalu bersemangat, produktifitas serta mempunyai suasana hati yang baik. Tak heran jika selama hidupnya, Voltaire telah melahirkan ratusan karya.
Tetapi, kecanduan Voltaire pada kopi membuat dokternya memperingatkannya bahwa kopi akan berdampak buruk bagi kesehatannya. "Jika kopi adalah racun, maka aku senang meracuni diriku secara pelan-pelan," ucap Voltaire
Voltaire tidak menghiraukan peringatan dokter dan tetap menikmati kopi yang disukainya hingga dirinya meninggal pada usia 83 tahun.