Home > Umum

Kopi Puntang Punya Rasa Lengkap Seperti Kehidupan

Kopi Puntang semakin tenar sejak jadi kopi termahal pada lelang kopi di Amerika tahun 2016

Sejak menjadi kopi termahal dalam lelang di Atalanta, Amerika Serikat pada 2016 silam, Kopi Puntang semakin tenar di masyarakat Indonesia. Hal ini membawa angin sejuk bagi para petani kopi di Puntang, dan berharap taraf kehidupan ekonomi mereka terus meningkat seiring dengan ketenaran kopi tersebut.

Deni Sopyandi, petani asal Desa Campakamulya, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Kopi Puntang disukai masyarakat karena memiliki rasa yang lengkap seperti kehidupan. Pria yang akrab disapa Abah Onil itu mengatakan, Kopi Puntang juga punya keunikan lain, dimana ada rasa yang berbeda di setiap musim panennya.

"Seperti bisa ada rasa mintnya, kemudian sempat juga terasa seperti ada sensasi nangkanya. Tapi secara umum Kopi Puntang itu punya rasa yang lengkap ada asam, pahit dan manis, ya seperti kehidupan lah," ujar Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMHDH) Bukit Amanah itu sambil tertawa.

Deni Sopyandi, petani asal Desa Campakamulya, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung
Deni Sopyandi, petani asal Desa Campakamulya, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung

Abah Onil bercerita, sebenarnya kopi asal Gunung Puntang sudah sejak lama terkenal di dunia. Namun, ajang lelang kopi di Atalanta, Amerika Serikat kembali menaikan pamor kopi tersebut.

"Jadi kopi disini masuk dari abad 18, dibawa oleh Belanda. Jenisnya arabica typica, itu sejak dulu memang kopi termahal di dunia," ujarnya.

Keberhasilan kopi Puntang menjadi kopi termahal di dunia pada tahun 2016 silam, juga menjadi pendorong semangat bagi para petani yang tergabung dalam LMDH Bukit Amanah. Para petani yang sempat kehilangan semangat untuk menanam kopi lantaran keuntungan nilai ekonomis dianggap tidak mencukupi untuk kehidupan sehari-hari, kembali terpacu untuk membudidayakan kopi tersebut. Ia juga berharap semua petani kopi di wilayah Puntang bisa menikmati ketenaran kopi tersebut, sebab saat ini masih banyak petani yang 'pas-pasan' meski kopi Puntang pernah menjadi kopi termahal di dunia.

"Saya sempat sedih saat dibilang kopi puntang termahal, tapi nyatanya petani tidak merasakan sama sekali. Itu karena petani (disini) dulu belum bisa memproses sendiri. Sekarang kami sudah mulai memproses sendiri sampai greenbean," katanya.

Kini, para petani LMDH Bukit Amanah juga sudah mulai menjual biji kopi yang telah disangrai dengan nama Puntang Wangi Coffee. Abah Onil bermimpi dengan keberhasilan ini, para petani mampu bukan hanya meningkatkan taraf kehidupan mereka, namun juga memberikan pendidikan yang tinggi bagi anak-anak mereka.

"Anak-anak petani sebagian besar hanya tamatan SD dan SMP. Nah dengan ini saya berharap pendidikan mereka bisa meningkat," ucapnya.

Petani Kopi Puntang.
Petani Kopi Puntang.
× Image